Friday, October 1, 2010

Tafsiran 1 Yohanes 5:13-21


13 Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal.
Yohanes menuliskan bagian akhir dalam suratnya ini dengan mengungkapkan akan komunitas anak-anak Allah (ayat 14-17) dan komunitas dunia sebagai bagian yang terpisah dari Allah (ayat 18-21). Tampaknya, tulisan dari Yohanes ini diilhami oleh bagian Matius 18:15-20, mengenai menasihati/ menegor saudara seiman agar mereka kembali pada Allah, dan dimana dua atau tiga orang sepakat meminta apapun juga kepada Bapa, Dia akan mengabulkannya.[1] 
Kata tauta yang mengawali bagian ini telah menunjukkan adanya tujuan dari keseluruhan penulisan surat Yohanes yang pertama. Dengan kata lain, bagian ini menjadi kesimpulan untuk setiap penulisnnya. Seperti yang dituliskannya juga di dalam Injil Yohanes 20:31, “... Supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.”, yaitu: (1) untuk memberi perintah dan menuntun jemaat agar semakin beriman, (2) supaya mereka tahu bahwa mereka mempunyai hidup kekal yang merupakan suatu jaminan setiap generasi. Karena kemungkinan mereka yang sudah percaya tidak tahu kalau mereka mempunyai jaminan hidup kekal/ sudah diselamatkan.
Di bagian terakhir di dalam suratnya, ini Yohanes ingin meyakinkan kepada setiap anak-anak Allah atas jaminan yang mereka miliki. Kata ‘mengetahui’ digunakan sebanyak 7 kali di dalam perikop ini. Pada ayat ini, digunakan kata (eidhte): ioda, yaitu kata yang berarti kepenuhan akan pengetahuan – fakta mutlak, pengetahuan yang absolut.[2] Kita beroleh perngetahuan, kita menjadi tahu dan menjadi yakin. Di dalam Perjanjian Lama, kata yang serupa dipakai baik untuk hati dan pikiran dalam menjelaskan ‘pengertian’ (pengetahuan), seperti yang ada pada Mzm 12:2, 14:1, 15:2, Yes 6:10, 10:7, 33:18, 44:18-19.[3]
Kata ‘bila kita tahu bahwa Dia mendengarkan kita’, bukan berarti mengindikasikan sesuatu yang tidak pasti. Karena di dalam Yoh 11:42 dikatakan bawa Allah selalu mendengar.
Allah ingin anak-anak-Nya tahu bahwa mereka adalah kepunyaan-Nya. Dimana Yohanes juga merincikan setiap ciri-ciri anak-anak Allah dalam tulisannya:[4]
1.      Setiap orang yang berbuat kebenaran, lahir daripada-Nya (2:29)
2.      Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi (3:9)
3.      Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita (3:14)
4.      Marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi lahir dari Allah dan mengenal Allah (4:7)
5.      Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia (5:4)

14 Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya.
Setelah Yohanes memberitahukan bahwa setiap anak-anak Allah memiliki kehidupan yang kekal, dalam ayat ini Yohanes memberitahukan adanya jaminan yang kedua untuk setiap anak-anak Allah tersebut, yaitu bahwa Allah akan menjawab doa anak-anak-Nya.
Ada suatu hasil dari sikap percaya, yaitu adanya jaminan hidup kekal. Hal itu didapatkan dari relasi dengan Allah, yaitu melalui doa.
Di dalam bagian ini digunakan kata parrhsia, yaitu kebebasan untuk berbicara, kemerdekaan untuk bicara secara terus terang, suatu demokrasi yang sejati. Namun dapat juga diartikan sebagai: kebebasan percaya atau jaminan untuk percaya. Ada jaminan/ keyakinan berdoa dengan berani kepada Allah. Keberanian percaya berarti kebebasan untuk berbicara.[5] Setiap orang percaya dapat menghadap hadirat Bapa dengan bebas dan mengatakan segala keperluannya kepada Dia. Karena yang menjadi dasar dari doa adalah kepercayaan bahwa Allah akan mendengarkan setiap doa.
Kesadaran akan apa yang kita minta. Masalahnya bukan: jika Allah dengar permintaan kita, Dia akan menjawabnya. Tetapi: jika kita tahu bahwa Allah dengar (tidak menampakkan adanya keragu-raguan), dan kita akan mendapat (jika sesuai kehendak-Nya).
Namun, di dalam bagian ini Yohanes memberikan adanya kewajiban/ tanggung jawaban di dalam doa, yaitu terdapat batasan di tengah jaminan yang tegas ketika kita mendekati Allah dalam doa, yaitu kita harus meminta menurut kehendak-Nya. Pembatasan ini merupakan kemurahan karena kehendak-Nya senantiasa yang terbaik bagi anak-anak-Nya. Hal ini adalah hal yang fundamental (mendasar). Doa adalah suatu jalan yang dengannya kehendak-kehendak kita disesuaikan dengan kehendak Allah. Kita cenderung untuk berpikir bahwa doa adalah meminta kepada Allah apa yang kita kehendaki, sedangkan doa yang benar adalah meminta Allah untuk apa yang Ia kehendaki. Yesus yang adalah Allah sendiri, dalam hidup-Nya di bumi, bergantung pada doa. Yesus memberikan teladan di dalam hal ini. Dia berdoa sesuai dengan kehendak Allah (Mat 26:39, 42; Mrk 14:36).
Bagaimana seseorang dapat mengetahui kehendak Allah? Kehendak Allah akan dapat dimengerti dengan membaca Alkitab, dimana rencana dan tujuan Allah atas dunia ini telah dituliskan di dalamnya. Serta melalui hubungan pribadi dengan Allah.
Hal apapun yang kita minta (Yoh 15:7). Namun jika ada doa yang di dalamnya ada motivasi pribadi (keegoisan). Hal itu akan menyamarkan doa, karena Allah tidak akan mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang saleh yang melakukan kehendak-Nya (Yoh 9:31). Sehingga, di dalam beberapa syarat yang harus dipenuhi, yang di antaranya Yohanes menuliskan sendiri di dalam bagian sebelumnya:[6]
1.      Memiliki hati yang tidak menuduh (3:21-22). Dosa adalah penghalang. Oleh karena itu, Yohanes menuliskan bahwa kita harus mengakui dosa kita, dan Yesus akan mengampuni dan menyucikan kita (1:8-9).
2.      Berdoa sesuai dengan kehendak Allah (Mat 6:10) à iman kita untuk meminta sesuatu kepada Allah sering merupakan bukti bahwa ia ingin memberikannya (Ibr 11:1)
Terdapat prinsip di dalam doa bila ingin dijawab, harus sesuai dengan kehendak Allah. Syarat-syarat doa:[7]
1.      Ketaatan terhadap perintah-perintah-Nya (3:22), yang berarti tunduk pada kehendak Bapa. Meskipun demikian, pergumulan yang dihadapi dalam kehidupan tetap tidaklah mudah. Sikap taat itu tidak terjadi tanpa rintihan, tangis dan tetesan keringat.
2.      Tinggal di dalam Kristus (Yoh 15:7). Tinggal di dalam Kristus, minta dalam nama-Nya, memiliki persekutuan yang erat.
3.      Berdoa di dalam nama-Nya (Yoh 14:14). Yesus sendiri berkata bahwa bila kita meminta dalam nama Bapa, Allah akan memberikan kepada kita (Yoh 15:16), meminta dalam nama Yesus (Yoh 14:13-14, 15:16, 16:23,26).
Di sini Allah menunjukkan kedaulatan-Nya. Allah telah memilih untuk melakukan kehendak-Nya melalui doa manusia. Di pihak lain, orang Kristen diundang untuk bekerja sama dengan berdoa. Doa adalah cara yang diinginkan Allah dari anak-anak-Nya untuk memperoleh apa yang mereka perlukan. Allah tidak hanya menentukan tujuan, tetapi ia juga menentukan cara untuk mencapai tujuan itu, yaitu dengan doa. Dan kunci dari semua itu adalah doa: apa saja yang kita minta harus seturut dengan kehendak Allah. Dan jawaban yang akan diberikan adalah sesuai dengan apa  yang Allah kehendaki, bukan seperti apa yang kita minta (Yoh 12:27-28). Melalui doa, kita menjadi alat kehendak Allah. Bahkan dikatakan juga bahwa jika kita tidak mendapat, hal itu disebabkan karena kita tidak meminta pada Allah (Yak 4:2)

15 Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya.
Pada waktu kita memohon menurut kehendak-Nya, maka kita tahu bahwa Dia mendengarkan kita. Dan karena kita tahu bahwa Dia mendengarkan, maka kita tahu bahwa kita akan menerima apa yang kita mohonkan. Inti dari bagian ini adalah anak-anak Allah dapat yakin akan jawaban doa saat mereka berdoa sesuai kehendak Allah. Karena apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya (Mrk 11:24)
Doa seperti surat permohonan yang diberikan pada kita, dimana dari anugerah itu kita dapat melihat/ mengetahui masa depan. Karena permintaan-permintaan yang kita buat, merupakan sesuatu yang ada pada masa depan, termasuk jawaban yang akan didapat.[8] Dan orang percaya yang bersekutu dengan Allah tidak akan meminta sesuatu yang bertentangan dengan kehendak-Nya.

16 Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa.
Di dalam bagian ini, Yohanes mengungkapkan akan pentingnya doa syafaat. Dimana di dalam suatu doa, kita tidak boleh mementingkan diri sendiri. Karena tujuan doa adalah penyempurnaan dari seluruh tubuh Kristus (Bdk. Gal 6:1 & Yak 5:19-20). Jika kita adalah anak-anak Allah, dan jatuh di dalam dosa, Dia akan kembali mengangkat kita. Doa orang percaya ‘menjaga’ atau ‘mengamankan’ hidup (adelfos: brother)  saudara-saudara seiman, saat mereka jatuh di dalam dosa.
Mendoakan saudara seiman adalah salah satu hal praktis mengasihi dan persekutuan Kristen (2:9-11; 3:10, 13-17, 4:20-21). Kita mendoakan saudara seiman kita yang jatuh dalam dosa. Saat kita mendoakan mereka, kita memiliki janji Allah yang akan mendengarkan doa kita. Hal ini dapat kita lihat dari teladan Yesus sendiri yang mendoakan Petrus agar imannya tidak gugur (Lukas 22:31-32) dan Allah menjawab-Nya. 
Selain itu, bagian ini juga memberikan peringatan untuk para pembacanya untuk melawan dosa. Karena dosa tidak lahir dari Allah. Yohanes membuat garis pemisah yang sangat jelas antara orang percaya dan orang tidak percaya.
pros qanaton: dosa maut, dosa yang membawa kematian, dosa yang akhirnya adalah kematian (mortal sin).[9]
Orang Yahudi membedakan adanya 2 jenis dosa:[10]
1.      Dosa yang dilakukan manusia karena ia tidak tahu. Tidak sengaja. Dosa yang disebabkan karena kebodohan / emosi.
2.      Dosa yang sengaja dilakukan manusia. Ia tetap melakukannya walau sudah tahu bahwa ada jalan Tuhan (ia sudah tahu bahwa itu salah). Dosa kesombongan adalah dosa dimana tidak ada korban penebusan yang dapat dilakukan. Dosa yang paling mematikan dari segala dosa: penyangkalan bahwa yesus sungguh-sungguh menjadi daging (antiKristus).
Di dalam 1 Yoh kata zoh (hidup) dituliskan sebanyak 13 kali. Dan 7 di antaranya dimaksudkan Yohanes sebagai kehidupan rohani (kehidupan kekal). Sehingga kata ‘maut’ yang digunakannya juga menunjukkan kematian rohani, bukan kematian jasmani.[11] Walaupun di dalam PB juga dikatakan bahwa dosa dapat menyebabkan kematian jasmani (1 Kor 11:30; Kis 5:1-11) dan penyakit jasmani (Yak 5:15-16). Di dalam kitab Injil dan Yohanes, kematian jasmani dianggap sebagai sesuatu yang telah ditaklukkan oleh orang percaya (Yoh 8:51; 1 Yoh 3:14).[12]
Dosa yang menuju kematian dapat digolongkan seperti: pelanggaran perintah Allah secara disengaja, murtad, mengasihi dunia, menyangkal bahwa Yesus telah menjadi manusia (sengaja menyimpang dari kebenaran). Seperti:
-          Nadab & Abihu, dosanya adalah karena kesombongan, mengambil jabatan imam dan masuk ke ruang mahakudus. Mereka adalah anak-anak Harun yang mati karena mempersembahkan api asing (Imamat 10:1-3)
-          Akhan yang iri hati (Yosua 7)
-          Melawan Roh Kudus, seperti yang dialami oleh Ananias dan Safira yang mendustai Roh Kudus (Kis 5:1-11). Peringatan akan hal tersebut telah ada di dalam Luk 12:10; Mrk 3:29
-          Tidak menaati Hukum Allah (Bil 15:30)
-          Menyalahgunakan perjamuan Tuhan (1 Kor 11:28)
-          Bidat/ antikritus (Ibr 6:4-6)
Semua dosa tersebut menyebabkan kematian kekal (1 Kor 5:5; Mat 12:32, 1 Tim 1:20 - diekskomunikasikan).
Kalau untuk pertama kali seseorang melakukan suatu hal yang salah, ia akan melakukannya dengan takut dan gentar. Sesudah ia melakukannya, ia akan menyesal. Tetapi kalau ia membiarkan dirinya untuk berada dalam pencobaan dan jatuh, maka pada suatu saat dosa itu akan lebih mudah dilakukan (bahkan menjadi kebiasaan). Dosa maut adalah keadaan manusia yang mendengarkan dosa dan menolak untuk mendengarkan Allah.
Bukan berarti doa itu salah, tetapi tidak ada gunanya. Seperti yang ada dalam Yer 7:16 “Tetapi engkau janganlah berdoa untuk bangsa ini, janganlah sampaikan seruan permohonan dan doa untuk mereka, dan janganlah desak Aku, sebab Aku tidak akan mendengarkan engkau.” Doa semacam itu tidak ada gunanya. Yohanes dengan jelas mengatakan bahwa tidak menghendaki orang Kristen berdoa agar orang-orang tersebut diampuni. Namun ia tetap memilih untuk memakai kata-kata dengan hati-hati, dan tidak melarang orang Kristen untuk melakukannya. Mereka telah mengenal kebenaran, tetapi mereka mengambil jalan menyimpang (Ibrani 6) pengampunan Allah diberikan kepada orang-orang yang menyesali dosa mereka, bukan yang dengan sengaja hidup di dalam dosa (Bdk. Yoh 9:31; 11:41-42).
Doa tidak hanya dibatasi oleh kehendak Allah saja, tetapi juga tindakan sesama.
“Kehendak manusia telah diberkahi Allah dengan kekebasan yang begitu hebat, sehingga kehendak-Nya sekalipun tidak memaksanya. Jadi, doa seorang saudara terlebih lagi tidak dapat memaksakan apa-apa. Jika kehendak manusia sudah secara sengaja dan bersikukuh menolak Allah, dan terus melakukan hal itu, kita terhalang dari kepastian biasanya. Tehadap kehendak seorang pemberontak, bahkan doa penuh keyakinan yang sesuai dengan kehendak Allah sekalipun (sebab tentu Allah ingin pemberontak itu tunduk) akan sia-sia.” [13]

17 Semua kejahatan adalah dosa, tetapi ada dosa yang tidak mendatangkan maut.
adikia berarti ketidakbenaran, perbuatan salah. Kata yang sama digunakan untuk kata ketiakbenaran (Yoh 7:18), kejahatan (1:9), dosa (Roma 6:13).[14] Semua dosa adalah kebencian bagi Allah. Seperti di dalam 1 Yoh 1:9; 3:4 semua ketidakbenaran (all wrong doing) adalah dosa. Dosa adalah dosa, dan dosa itu berbahaya. Karena dosa mempunyai karakteristik hidup yang terpisah dari Allah.
Dosa yang mendatangkan maut (mortal sin) adalah dosa yang dapat menyebabkan kematian karena berbalik dari Allah (tidak taat), dengan mencari kepuasan dalam ciptaan (hal materi), sehingga kehilangan angugerah kekalan. Sedangkan dosa yang tidak mendatangkan maut (venial sin) adalah dosa yang masih dapat diampuni. Memang dapat menyebabkan kematian jiwa, tapi tidak merampas anugerah secara keseluruhan.[15]
Dalam hal ini, Yohanes juga memperingatkan tentang kelemahan berpikir yang menganggap dosa tertentu dapat dimaafkan sedangkan yang lain (mendatangkan maut) tidak.

18 Kita tahu, bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa; tetapi Dia yang lahir dari Allah melindunginya, dan si jahat tidak dapat menjamahnya.
            oux amartanei: kita diyakinkan bahwa setiap orang yang lahir dari Allah tidak akan melanjutkan untuk berbuat dosa lagi (3:6, 9).  Dan kata pas yang berarti setiap orang itu mengindikasikan setiap individu secara umum, tanpa terkecuali.
Dalam ayat ini, di bagian pertama digunakan kata gegennhmenos dipakai untuk kata setiap anak Allah. Dan di bagian kedua, digunakan gennhqeis untuk Yesus (Son of God). Dalam pemakaian kata ini, diindikasikan adanya otoritas yang ada pada-Nya, dimana Dia sebagai standar peraturan di dunia, segala hal ada di dalam kuasa-Nya.[16]
Orang Kristen harus memelihara dirinya dalam kasih Allah. Tetapi tidak benar bahwa orang Kristen harus bergantung pada kekuatannya sendiri untuk mengalahkan Iblis. Orang Kristen bukan berarti tidak lagi berbuat dosa, tetapi ia bukan lagi hamba yang tidak berdaya dari dosa. Hidup kekristenan adalah hidup berkemenangan, diberkati, kekudusan yang sempurna dan tidak berdosa. Ia yang kelahirannya berasal dari Allah, artinya Yesus akan menjaganya (threi: memelihara, melindungi)[17] dan membebaskannya dari dosa. Iblis tidak dapat menyentuh/ menjamahnya[18] orang percaya tanpa seizin Allah (Bdk. Mzm 105:15; Yoh 10:28; 17:12, 15). Menjamah di sini bukan berarti hanya menyentuh, tetapi memegang erat. Dan Iblis tidak akan mungkin mencengkeram seseorang yang lahir dari Allah. 
Kemudian, yang dipakai untuk kata pengganti orang ke-3 di sini adalah auton (him - jamak), bukan eauton (Himself). Sehingga, yang dimaksudkan di sini adalah bahwa Yesus melindungi anak-anak Allah.
Sebagai contoh: (1) Iblis yang ingin menampi semua murid Yesus dan Yesus mengizinkannya. Namun Yesus berdoa khususnya untuk Petrus dan doanya dijawab. Iman Petrus tidak gugur, meskipun keberaniannya runtuh, (2) kesalehan Ayub yang dicobai Iblis atas seijin Allah.

19 Kita tahu bahwa kita berasal dari Allah dan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat.
Sumber kehidupan adalah Allah, dunia ada di bawah kuasa dan pengaruh Iblis, dalam pegangannya. Tetapi Iblis tidak dapat menjamah orang Kristen. diabolou: si jahat, iblis. Sedangkan definisi kosmos adalah segala aspek dunia. Human society, sesuatu yang bertentangan/ berlawanan dengan Allah (Yoh 16:11; 12:46-47)[19]. Dan yang dimaksudkan dengan dunia di sini adalah dunia dengan segala pemikirannya, perilaku hidupnya, metodenya, dan sebagainya. Keseluruhan benda-benda, bakat, kekayaan, keuntungan, kenmikmatan yang biarpun kosong, rapuh dan cepat berlalu, toh membangkitkan keinginan, menggoda orang untuk menjauhi Allah dan merupakan penghalang bagi maksud Kristus.[20]

20 Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang benar, di dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal.
Pernyataan tentang ‘kedatangan Anak Allah’ dalam bagian ini, sebenarnya telah dijelaskan dalam beberapa hal di bagian-bagian sebelumnya, bahwa:
1.      Yesus Kristus datang dalam daging dan datang oleh air dan darah (4:2; 5:6),
2.      Allah sendiri yang mengirimkan Anak-Nya untuk datang ke dunia, sehingga kita haruslah hidup di dalam Dia, dimana Dia yang menebus kita, dan Dialah Juruselamat dunia (4:9, 10, 14) dan memberi kehidupan kekal (5:11) dan dengan darah-Nya sendiri Dia membersihkan kita dari dosa (1:7),
3.      Dikatakan juga bahwa Anak Allah menghancurkan aktivitas iblis (3:8),
4.      Dia menyerahkan nyawa-Nya untuk kita (3:16),
5.      Kita lahir dari Allah jika kita percaya pada Yesus yang lahir dari Allah (5:1),
6.      Kita mempunyai pengantara kepada Bapa, yaitu Yesus Kristus yang adil (2;1, 22, 29, 3:7)[21]
Kedatangan Anak Allah adalah sebagai Mediator antara anak-anak Allah dengan Allah. Kita semua satu di dalam Allah, dipersatukan oleh Yesus. Selain itu, kedatangan Yesus membuat kita menjadi dapat membedakan dan tahu akan kebenaran dan Allah yang benar.
Seseorang yang ada di dalam Dia yang benar akan terus bergerak  maju. Seperti yang juga dituliskan oleh Yohanes, perjalanan maju itu adalah dari tahu (knowing) menjadi ada di dalam Dia (being in) (2:5).[22] Dan kehidupan kekal yang ada pada kita itu hanya didapat di dalam Allah yang Benar dan Yesus Kristus yang diutus-Nya (Yoh 17:3).
dianoian berarti pengerian. Yesus datang untuk memberikan pengertian/ persepsi yang benar akan suatu hal.
Kata ‘tahu’ di sini berbeda dengan yang pertama. Di sini ada unsur adanya pengalaman yang terus ada. Kata yang digunakan adalah ginwskw, berbeda dengan ioda. ginwskw berarti: suatu pengertian yang didapatkan. Pengetahuan yang membantu untuk mengenal Allah semakin baik; ada kemajuan dalam pengetahuan, menunjukkan adanya suatu hubungan.[23]
            Di dalam bagian ini, digunakan alhqinos (real), bukan kata alhqes (true). Namun untuk kata  alhqinos dapat juga dimengerti sebagai real dan true.[24] Hal inilah yang menjadi dasar/ alasan Yohanes untuk menuliskan ayatnya yang ke-21 sebagai peringatan untuk setiap anak-anak Allah terhadap berhala.

21 Anak-anakku, waspadalah terhadap segala berhala

Kata fulazate (waspada) yang digunakan di sini sama dengan berjaga-jaga.[25] Dan bagian ini adalah peringatan/ keperluan yang amat mendesak (urgency).
Efesus adalah kota yang limpah dengan berhala dan praktik penyembahan berhala. Di Efesus berdirilah kuil besar Diana, satu dari benda-benda yang dikagumi dari dunia kuno. Kuil pusat ritus-ritus yang tidak bermoral, kuil dimana seseorang dapat mendapatkan hak suaka jika telah mencapai tempat itu (misalnya: seorang penjahat akan selamat jika telah mencapai tempat itu). Pusat penjualan surat-surat yang identik dengan ilmu sihir, mantera, jimat. Efesus: dikenal sebagai kota astrologi.[26]
Kata berhala dalam bahwa Yunani juga mengandung pengertian adanya sesuatu yang tidak nyata. Plato menggunakan kata itu untuk ilusi-ilusi dari dunia ini, yang bertentangan dengan realitas kekekalan yang tidak berubah. Penulis Ibrani dalam PL menyebut berhala sebagai sesuatu yang tidak nyata, benda yang sia-sia, tidak berisi, kekosongan.
Yesus Kristus adalah Allah yang benar. Kita mengenal Dia yang benar dan kita hidup di dalam Dia yang benar. Kita memiliki ‘sesuatu yang nyata’. Yesus adalah Allah yang kekal, sedangkan berhala adalah sesuatu yang sementara (2 Kor 4:18) karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.
Ayat ini seperti berkata, “Anak-anak, jagalah dirimu dari yang tidak nyata, penentang, dari segala hal yang menggantikan tempat Allah – lebih-lebih jagalah dirimu dari dirimu sendiri!”
Seperti yang ada pada salah satu dari sepuluh perintah Allah: Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di dalam air di bawah bumi (Kel 20:4). Dan juga yang Yesus sendiri katakan pada saat Dia dicobai oleh Iblis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti (Mat 4:10). Hal seperti ini adalah salah satu cara licik Iblis untuk mengendalikan kita; dengan mengambil alih kedudukan Allah, dan membuat kita menjadi terpisah dari Allah. Berhala yang disembah adalah pengganti Allah. Termasuk memberhalakan segala hal, untuk kepentingan diri sendiri.
Kesimpulan
            Meskipun hal-hal yang dituliskan oleh Yohanes ini bukanlah suatu  hal yang baru (1 Yoh 2:7), namun setiap hal adalah sesuatu yang penting. Bagian terakhir dari tulisan Yohanes ini telah banyak menjelaskan tujuan dan isi akan bagian-bagian tulisan-tulisannya, baik dalam Injil dan surat-suratnya. Yohanes mengingatkan kembali akan ada jaminan yang dimiliki oleh setiap anak-anak Allah, yaitu mempunyai kehidupan yang kekal, dan juga jaminan untuk percaya saat berdoa. Hal-hal tersebut, Yohanes ungkapkan dengan cukup rinci, termasuk bagaimana sebuah doa itu dapat mendukung saudara seiman kita.
            Selain itu, Yohanes juga mengingatkan akan perbedaan/ keterpisahan yang sangat mencolok antara anak-anak Allah dengan dunia ini. Sehingga, setiap anak-anak Allah yang hidup di dunia ini harus terus waspada akan hal-hal dunia yang selalu siap untuk membuat mereka terpisah dari Allah.
               Sebagai aplikasi dari bagian-bagian ayat tersebut, maka haruslah kita sebagai anak-anak Allah meyakini akan keselamatan yang telah dijamin oleh Allah. Dimana hal itu akan membuat setiap anak-anak-Nya untuk mempunyai relasi yang dekat dengan Allah dan tahu apa yang menjadi tujuan-tujuan Allah, termasuk apa yang menjadi kehendak-Nya. Meskipun adanya keterbatasan kita untuk dapat mengetahui apa yang menjadi tujuan dan kehendak Allah untuk hidup kita dan setiap hal yang terjadi pada kita, namun paling tidak kedekatan dengan Allah akan membuat kita terus tunduk pada kehendak Allah. Allah sendirilah yang akan memberi pengertian itu kepada kita. Di sisi lain, kita diajarkan untuk dapat ‘mematikan’ kehendak kita yang merupakan keegoisan itu di bawah kehendak Allah.
            Hal yang lain adalah kita dituntut untuk peka terhadap suatu hal yang dilakukan oleh saudara seiman kita dan mempedulikannya. Sehingga kitapun tahu bagaimana kita harus berdoa untuk mereka. Serta bagaimana cara pandang kita terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak nyata di dalam dunia ini. Kewaspadaan harus terus ada di dalam kehidupan anak-anak Allah di dunia ini.



[1] Pheme Perkins, The Johannine Epistles: New Testament Message 21, (Delaware: Michael Glazier, Inc. 1979), 64
[2] Curtis Vaughan, A Study Guide 1,2,3 John (Michigan: Zondervan Pub. House, 1972), 127-129
[3] Gordon H. Clark, First John a Commentary (New Jersey: Presbyterian & Reformed Pub. Co.), 160
[4] Warren W. Wiersbe, Nyata di dalam Kristus, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1996), 173
[5] William Barclay, Pemahaman Alkitab Sehari-Hari: Surat-Surat Yohanes dan Surat Yudas, (Jakarta: BPK, 1993), 193
[6] Ibid, Warren W. Wiersbe, Nyata di dalam..., 174
[7] Ibid, Warren W. Wiersbe, Nyata di dalam..., 194
[8] I. Howard Marshall, The New International Commentary on the New Testament: The Epistles of John, (Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Pub. Co.,1993), 245
[9] Ibid, Warren W. Wiersbe, Nyata di dalam..., 201
[10] Ibid, Warren W. Wiersbe, Nyata di dalam..., 198-199
[11] Stephen S. Smalley, Word Biblical Commentary 1,2,3 John, (Texas: Word Books Pub., 1984), 287
[12] Peter H. Davids, Ucapan yang Sulit dalam Perjanjian Baru, (Malang: SAAT, 2001), 247
[13] Plumer, The Epistles of St. John, 121. di dalam Charles F. Pfeiffer, The Wycliffe Bible Commentary Vol. 3, (Malang: Gandum Mas, 2001), 1061
[14] Ibid, Stephen S. Smalley, Word Biblical Commentary.., 301
[15] Kenneth Grayston, The New Century Bible Commentary: The Johannine, (Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Pub. Co., 1984), 142-143
[16] F.F. Bruce, The Epistle of John, (Grand Rapids: Wm.B.Eerdmans Pub. Co., 1988), 122
[17] Keep: to watch over, to preserve & protect (memelihara, melindungi)
[18] Menjamahnya – toucheth, hold on, grasp, keep within his clutches
[19] Ibid, Stephen S. Smalley, Word Biblical Commentary.., 305
[20] A Greek-English Lexicon of the New Testament, 357 di dalam Leon Morris, Teologi Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 2001), 405
[21] Bagian-bagian dari tulisan Yohanes yang menjelaskan mengenai keberadaan Yesus sebagai Anak Allah sejati yang datang dalam bentuk daging ke dunia ini, sebenarnya juga merupakan hal yang Yohanes tekankan, dan hal ini berhubungan dengan peringatannya akan adanya antikristus sebagai salah satu dosa yang mendatangkan maut. 
[22] Ibid, Kenneth Grayston The New Century Bible Commentary:, 147
[23] Fritz Ridenour, Menggapai Kesempurnaan: Ulasan Atas Surat Pertama Yohanes, (Jakarta: BPK, 1991), 196
[24] Ibid, Gordon H. Clark, First John a Commentary, 167-168
[25] Ibid, Charles F. Pfeiffer, The Wycliffe Bible..., 1062
[26] Ibid, Warren W. Wiersbe, Nyata di dalam..., 207-208

1 comment:

  1. terimakasih buat tulisanya Tuhan Yesus memberkati by Rudy

    ReplyDelete