Monday, October 4, 2010

Ringkasan Buku: Ajal Agama di Tengah Kedigdayaan Sains



Judul Buku            : Ajal Agama di Tengah Kedigdayaan Sains
Pengarang             : Huston Smith
Penerbit                 : Bandung, Mizan, 2003
Jumlah Halaman    : 428 halaman

1. Siapa yang benar mengenai realitas: Kaum Tradisional, Modernis, atau Posmodernis?
             Ada 3 hal yang harus dihadapi tiap manusia dalam kehidupannya, yaitu masalah alamiah, sosial dan religius. Di dalam periode besar sejarah manusia, ketiga hal itu mendapat perhatian yang berlainan.
o   Periode tradisional yang mempunyai kewajiban sebatas komunitas dimana mereka tinggal. Alam adalah sesuatu untuk dipakai, bukan untuk dikritisi. Tingkat kemanusiaan sangat tinggi.
o   Periode modern adalah suatu periode yang sangat mendobrak keberadaan manusia selama dibentuk dalam periode tradisional. Banyak hal-hal baru yang muncul dalam periode ini. Perjalanan dan perdagangan yang makin cepat, melahirkan struktur sosial yang sangat berbeda dengan sebelumnya. Yang paling mencolok adalah pandangan ilmiah mengenai alam. Segala hal harus dibangun berdasarkan kebenaran yang sudah dibuktikan. Pandangan bahwa sains dapat mengkaji segala yang ada. Dalam masa ini, perkembangan estetika yang selama periode tradisional dikembangkan menjadi hal yang tidak lagi relevan. Namun, kelemahan yang ada pada periode ini adalah bagaimana tiap penemuan selalu berubah sehingga masalah umur bumi-pun belum dapat dipastikan. Modernitas adalah masa yang miskin secara metafisis, walaupun mengakui adanya pikiran dan perasaan (yang keberadaannya tetap tergantung pada materialisme dan naturalisme).
o   Periode posmodern orang lebih berupaya mengatasi masalah ketidakadilan sosial. Memang sains pada masa ini terus mengalami perkembangan, namun tidak seunggul fisika modern, karena tidak ada gagasan baru, semuanya hanya perkembangan dari yang sudah ada. Bahkan apa yang menjadi hipotesis baru bukanlah pengaruh bagi kehidupan. Karena yang menjadi pertanyaan adalah hal yang berkaitan dengan konsep kebenaran. Masa dimana masalah ketidakadilan sosial diakui dengan sungguh-sungguh. Masa yang memang semula mengkritik pandangan dunia yang salah dari masa modern dengan pencerahan, namun terlalu ekstrem karena beragumen bahwa semua pandangan dunia pada prinsipnya salah.

2. Dunia yang Luas dan Terowongan di Dalamnya
Baik pada periode modern dan posmodern gagal menangani masalah metafisika, namun bukan berarti kalangan tradisional lebih baik dari pada keduanya. Dari perubahan dari masa ke masa, bukan berarti apa yang ada pada masa sekarang adalah lebih buruk dari sebelumnya. Tetap ada hal-hal yang menggembirakan di tengah banyak hal yang menakutkan. Karena apa yang ada sekarang adalah suatu hal yang dipengaruhi oleh masa sebelumnya. Dan tidak akan pernah kita menemukan masa yang sempurna dimana mempunyai bentuk dan gagasan yang teratur. Dunia modern sendiri kadang tampak menghalangi kita untuk menyentuh segala hal melalui fantasi. Hal inilah yang menjadi pemacu pada masa posmodern, yaitu keinginan manusia untuk lepas dari eksistensi moralnya yang membatasi.
Pandangan dunia tradisional memang sudah runtuh, walaupun tidak seluruhnya. Dan sebenarnya, sangat sedikit orang yang benar-benar murni berpegang pada pandangan dunia ilmiah atau tradisional tanpa memasukkan unsur yang satu ke dalam unsur yang lain.

3. Terowongan Itu Sendiri
Kalau membicarakan kebenanaran, pandangan dunia tradisional-lah yang menang.  Penemuan sains memang telah merebut posisi itu, namun hanya sebatas hal yang menyangkut semesta fisik. Hal di luar itu, tidak dapat diatasi oleh sains. Runtuhnya metafisika adalah karena adanya pandangan yang salah mengenai ilmuwan, yaitu mempunyai posisi yang lebih baik dari pada filsuf. Posmodern juga salah satu akibat runtuhnya metafisika, karena menganggap pandangan dunia selalu menindas dan tidak dapat dilenyapkan dari kehidupan manusia.
4. Lantai Terowongan: Saintisme
Sains adalah hal yang telah mengubah dunia. Hal yang membedakan yang modern dengan yang trsdisional. Sedangkan saintisme adalah metode ilmiah yang diandalkan untuk mencapai kebenaran sebagai alat untuk menangani masalah fundamental. Karena tanpa dukungan fakta, suatu asumsi hanyalah sekadar opini. Hal ini memacu para kritikus sosial untuk mengatakan bahwa manusia sekarang telah menderita karena pemberhalaan sains yang mempunyai mitos dan pemahaman yang salah serta dapat membahayakan. Di sisi lain, saintisme makin menyatakan bahwa sains adalah satu-satunya jalan menuju kebenaran.
Hal yang menyebabkan para ilmuwan ini terus mengembangkan sesuatu tanpa berhenti adalah karena perasaan mereka bahwa diri adalah pengkhianat kalau tidak mendukung peningkatan prestise, kekuasaan dan bayaran profesional mereka, meskipun mereka telah belajar bagaimana seni hidup bersama.
Konflik antara sains dan agama hanya ada dalam pikiran manusia, tidak ada pada logika. Di satu sisi, sains mendorong karakter dunia ilmiah. Di sisi lain, agama bekerja pada tujuan, makna dan nilai kehidupan. Kedua kekuatan ini adalah kekuatan yang permanen. Triumvalisme agama memang telah mati beberapa abad yang lalu, dan triumvalisme sains akan mengikutinya.
            Untuk mencoba menyatukan keduanya, banyak hal telah diusahakan, seperti perundingan dimana para teologi-lah yang banyak mengambil inisiatif. Hal ini adalah sarana yang baik untuk dapat mempertahankan posisi masing-masing. Seperti yang menjadi tinjauan dalan konferensi CTNS yang tidak sesuai dengan pandangan dunia ilmiah, yaitu (1) kritik terhadap Darwinisme, (2) semesta ada sebagai rancangan yang intelegen, (3) kemungkinan bahwa Tuhan campur tangan dalam sejarah melalui cara lain dari hukum.

5. Dinding Kiri Terowongan: Pendidikan Tinggi
            Mulanya, pendidikan tinggi mengakui kebenaran yang dapat diraih oleh rasio kodrati dan tanpa bantuan wahyu. Namun  tetap sains dan agama adalah dua hal yang sejalan. Setelah beberapa abad lalu saja, agama semakin di desak oleh sains. Sains, teknologi dan bisnis menjadi hal yang marak dan wajar. Sehingga banyak bidang-bidang ilmu yang mangalami pergeseran, seperti ilmu sosial, psikologi, humaniora, filsafat dan kajian agama. Tuhan dan masalah sosial tidak lagi mempunyai kedudukan, yang menjadi dasar adalah fakta ada atau ketidakadaan Tuhan. Memang ada fakta objektif mengenai agama dan penyebarannya, namun hal ini tetap tidak dapat memberi sumbangan seperti yang diharapkan. Bahkan dalam periode terakhir ini universitas modern tampak memusuhi agama. Mereka hanya akan menerimanya selama tidak didefinisikan. Mereka menolak upaya teologi dan metafisika untuk meraih sesuatu yang mengatasi harapan dunia saat ini. Filsafat dan sains adalah hal yang masih mampu menjawabnya. Tidak sama halnya dnegan teologi. Serangan-serangan seperti itu terus menempatkan teolog pada posisi yang sulit. Dan pada abad ke-19, universitas Amerika membawa revolusi dan pemahaman mengenai kehidupan intelektual melalui sains dan sekularisme serta membebaskan diri dari hal religius.

6. Atap Terowongan
            Dalam suatu drama garapan para sejerahwan yang berjudul Inherit the Wind, tampak sekali jalinan fakta sebagai dasarnya. Bahkan dengan jelas menggambarkan bagaimana seorang kesatria yang melawan kelangan agamawan yang bodoh, fanatik dan kolot. Memang seni mempunyai hak untuk memilih dan menekankan bagian tertentu untuk memperjelas cerita. Begitu pula dalam drama ini yang dengan jelas mempertentangkan pihak yang baik dengan yang jahat. Media-media yang ada saat ini memang tampak memperlakukan agama seperti itu.
            Kansas Board of Education mengambil keputusan untuk meningkatkan perhatian sekolah publik pada evolusi. Hal ini sebagai dasar sains mulai tahun 1995.

7. Dinding Kanan Terowongan: Hukum
            Agama dan hukum adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Namun yang menjadi permasalahan adalah hukum yang selalu berubah dan opini yang berbeda-beda. Contohnya adalah masyarakat Indian yang tidak terdidik dengan baik untuk mempertahankan hak mereka sehingga permasalahan baru dapat terselesaikan setelah 6 tahun dengan hasil larangan terhadap pemerintah untuk menangani pelaksanaan bebas suatu agama. Atau yang terjadi di Amerika, karena dirasa perkembangannya dapat menyesatkan banyak orang. Dari contoh di atas saja dapat dilihat bagaimana kepentingan negara yang memaksakan kehendaknya. Bahkan ada pendapat yang mengatakan bahwa agama senantiasa memiliki kekuatan resistensi yang luar biasa, sehingga jika tidak ditundukkan, ia akan hidup dalam perlawanan. Ini dapat terjadi karena agama yang memang memiliki kekuatan untuk memberi sumber energi bagi pembaruan kemanusiaan.

8. Cahaya
            Sains tidak dapat membuktikan adanya Tuhan karena Tuhan ada di luar jangkauannya, sehingga cahaya merupakan hal yang dapat menjadi metafor universal bagi Tuhan. Cahaya dapat memasukkan kekuatan ke dalam dunia. Hal ini tampak dari proses fotosintesis, padahal cahaya adalah sesuatu yang tidak bermateri. Sementara cahaya ada di luar matriks ruang, waktu dan materi, namun ia mampu mengatus seluruh alam. Cahaya adalah hal yang dapat melambangkan kejelasan, kejernihan dan pemahaman.

9. Apakah Terang Makin Meningkat? Dua Skenerio
            Prediksi terhadap apa yang akan terjadi pada masa depan adalah hal yang sangat sulit. Harus diketahui bahwa waktu (kronos) adalah hal yang menentukan, sehingga tidak ada satu hal-pun yang dapat diduga. Pada periode modern dirasa metode ilmiah-lah yang dapat menggantikan posisi wahyu, sebagai jalan utama menuju pengetahuan. Dan bagi agama, hal ini bukanlah hal yang sepele. Karena jika perkembangan fisika telah berhasil menarik orang untuk mengikutsertakan kesadarannya di dalam suatu eksperimen, agama dapat melihat semuanya dengan mata iman. Dengan hal ini, maka masa depan agama adalah suatu hal yang terjamin.

10. Membaca Tanda-Tanda Zaman
            Banyak yang meragukan kemampuan bertahan suatu agama, namun para antropolog sendiri telah menyatakan bahwa tidak ada masyarakat tanpa agama. Sehingga dapat dikatakan bahwa agama mempunyai kemampuan adaptasi yang luar biasa. Bahkan para neurolog juga menemukan bahwa agama berguna pada struktur otak manusia. Sehingga kepercayaan terhadap suatu agama adalah hal yang tak terelakan. Manusia mempunyai kebutuhan religius yang amat dalam. Fakta mengatakan bahwa sains telah memberikan kekuasaan kepada mansuia atas alam yang tdiak dapat dikira sebelumnya, namun di sisi lain membuat manusia tidak mempunyai kebijaksanaan dan keutamaan untuk mengendalikan diri, sehingga kekuasaan itu dipakai untuk kepentingan pribadi. Dengan demikian, pada zaman ini, apa yang telah dinyatakan oleh pemikir-pemikir modern, seperti: Darwin, Marx, Nietzche dan Freud, tampaknya tetap harus dikaji ulang.

11. Tiga Sains dan Jalan ke Masa Depan
            Fisika: Segala hal yang dipersepsi dengan indera dan diklasifikasikan ke dalam aturan adalah dunia relatif. Maka, tidak ada yang pasti di dunia ini. Waktu dan perubahan menetukan segalanya.
            Biologi: Yang menjadi contoh adalah teori darwin yang tidak mempunyai bukti untuk klaim yang lebih besar.
            Psikologi Kognitif: Pandangan yang menganggap bahwa relasi antara jiwa dengan tubuh  adalah hal yang terlalu besar untuk dipikirkan, manusia yang serba terbatas.

12. Syarat-Syarat Suatu Detente
            Banyak yang tidak percaya akan keterbatasan dunia ilmiah. Kesalahpahaman ini tentu akan membuat orang terjebak dalam terowongan modernitas karena keyakinan itu sama saja dengan tidak menganggap bahwa seni, agama, cinta dan soal kehidupan mampu memberikan pemahaman lain yang diperlukan untuk melengkapi apa yang dapat diberikan sains. David Bohm mempunyai pandangan bahwa sains begitu luas, karena dapat mencakup ‘saya’ di dalamnya. Hal ini harus mendapat perhatian, yaitu agar dapat memisahkan antara sains dan filsafat.
            Sains harus mempunyai batas. Batasan tersebut dapat digambarkan dengan citra: apa yang dilakukan oleh modernitas sebenarnya adalah mengecilkan tirai jendela sehingga kita hanya dapat melihat ke bawah. Itupun sudah tampak sangat menakjubkan. Anekdot: hal agama adalah hal yang tidak lagi dianggap, hanyalah kepercayaan semasa kanak-kanak. Dengan hal ini sama saja sains telah menghapus transendensi agama dari peta realitas manusia. Analisis: anggapan bahwa sains adalah cara ‘sakral’ untuk dapat mengetahui sesuatu, menempati posisi yang sama dengan wahyu. Hanya saja dia memerlukan pembuktian untuk menyaring kebenaran dan mengontrol segala sesuatu secara sadar.
            Enam hal yang tidak dapat ditangani oleh sains: (1) nilai dalam artian final yang sesungguhnya, (2) makna eksistensial dan global, (3) penyebab terakhir, (4) yang tak kasat mata, (5) kualitas, (6) yang lebih tinggi dari manusia. Dengan demikian, seharusnya ada pembagian kerja antara agama dan sains, karena sains hanya sedikit menyentuh bidang kehidupan sedangkan agama berurusan dengan yang meyeluruh. Agama melingkupi lingkaran yang lebih besar, bukan berarti agama lebih untung; sains bekerja lebih efektif dalam bidangnya ketimbang agama dalam bidangnya sendiri.

13. Dunia yang Ambigu
            Ada proses 2 arah yang sekarang ada pada kita, yaitu dunia yang datang pada kita dan kita yang mandatangai dunia dengan penginderaan, konsep dan kepercayaan yang ada pada tiap manusia. Namun ada sesuatu dalam diri manusia yang menolak apa yang ada. Sehingga rasanya tidak cukup untuk menerima begitu saja apa yang datang pada kita, dan dirasa perlu untuk mencari dan menemukan makna kehidupan sendiri.
            Kalangan konservatif agama sendiri pasti akan memandang kebenaran sebagai sesuatu yang absolut. Tentu ada kelemahan dengan adanya hal ini, yaitu menciptakan suatu bahaya fanatisme, bahkan memaksakan Kebenaran itu pada orang lain. Dengan hal ini, tampak ada beberapa kebaikan dari kaum liberal yang lebih memiliki toleransi.

14. Gambaran Besar
            Dari pandangan dunia tradisional, dapat dilihat beberapa hal yang menjadi dasar, yaitu: (1) imanensi dan trasendensi, (2) semesta fisik yang meripakan lingkaran kecil dalam lingkaran besar yang melingkupinya, sehingga sains tidak akan mampu untuk menguak apa yang ada di dalamnya, (3) secara metafisis, dalam dunia modern dan posmodern, dunia hanya dapat ditegaskan sebagai dunia ini, (4) perbedaan antara sains yang kuantitatif dan agama yang kualitatif.
            Dunia yang kasat mata adalah dunia yang sejauh yang ditangkap oleh panca indera. Sehingga saat ada usaha untuk mengembangkan indera manusia lebih jauh, apa yang menjadi dasar perbedaan antara yang kasat mat adan yang tidak kasat mata mengalami perubahan. Sedangkan dalam pandangan dunia tradisional, menganggap hal-hal non-material sebagai sesuatu yang konkret.
            Banyak pertanyaan yang diajukan oleh pandangan dunia ilmiah dan memaksa kita untuk menjawabnya, tetapi pandangan dunia ilmiah sendiri tidak mampu untuk menjawabnya. Namun, tidak demikian halnya dengan pandangan dunia tradisional. Termasuk untuk pertanyaan: dapatkah sesuatu datang dari yang tidak ada? Dapatkan arus lebih tinggi dari pada sumbernya?

15. Tipe-Tipe Kepribadian Spiritual
            Dalam berbagai karakter yang ada dalam tiap manusia, yang menjadi pusat perhatian adalah dimensi kerohanian manusia. Dasar akan hal ini mempengaruhui bagaimana pandangan suatu komunitas terhadap keberadaan Tuhan. Bahkan termasuk kaum ateis, politeis, monoteis dan mistik.

16. Ruh          
            Telah banyak usaha para fiosof dan ilmuwan untuk menjembatani antara pikiran dan materi. Namun sepertinya sampai sekarang belum ada jembatan yang pas untuk menghubungkan keduanya. Di mana rasio melakukan operasi logis berdasarkan informasi yang kelihatan. Akan tetapi tidak ada yang mengetahui bagaimana cara kerjanya. Tetap menjadi suatu hal yang misteri.
            Namun ruh tetap merupakan landasan dunia. Karena Tuhan-lah yang juga merupakan penyebab paling awal dari segala sesuatu. Karena pentingnya pengetahuan akan hal ini, bagi para saintis, dapat berusaha untuk mengeri Tuhan dengan melihat keberadaan cahaya.

Epilog

            Walaupun sampai sekarang masih sulit untuk menemukan jembatan antara keduanya, namun diyakini bahwa dua hal ini masih dapat bersaudara. Dengan menyadari adanya keterbatasan dalam menjawab setiap pertanyaan, bukan sebagai hal yang mendorong untuk bergulat dalam kebingungan, namun bagaimana dapat bekerjasama dan meletakkan pada posisi masing-masing, sesuai dengan kemampuannya.


 

No comments:

Post a Comment