Friday, October 1, 2010

“ Siapakah penulis Kitab Taurat?“



1. Pendahuluan
            Sering kita mendengar adanya hiruk-pikuk tentang pertentangan-pertentangan pendapat mengenai hasil penelitian akan bagian dari Alkitab oleh para ahli. Hal ini dapat kita maklumi adanya, karena setiap manusia memang terlahir dengan memiliki sifat ingin mengetahui suatu hal. Dan setiap manusia juga memiliki beragam pemikiran sehingga akan menimbulkan suatu hasil penelitian atau pengamatan yang berbada pula.
            Di antara bagian-bagian di dalam Alkitab, kita dapat melihat bahwa Kitab Taurat-lah yang paling sering mendapatkan perhatian. Baik di dalam isi, penulisan, dan juga hal-hal lain yang bersangkutan dengan Taurat. Hal ini tentu ada alasannya, antara lain adalah karena isi dari kitab Taurat tersebut. Dan pada saat ini kita akan membahas lebih jauh pendapat-pendapat para peneliti tentang siapakah sebenarnya sang penulis kitab Taurat ini. Apakah Musa seorang diri? Atau ada orang lain yang ikut andil di dalamnya?

2. Arti Kata Taurat
            Kelima kitab pertama di dalam Perjanjian Lama; Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan disebut Kitab Taurat. Kitab Taurat ini merupakan serangkaian kitab yang melukiskan alur kehidupan iman Israel dengan Musa sebagai pusatnya, oleh karena itu kelima kitab ini juga diberi nama kitab Musa atau Taurat Musa.[1]  Kata Taurat berasal dari bahasa Ibrani, tora. Dan jika diterjemahkan dalam Perjanjian Baru dengan bahasa Yunani adalah nomos, (misalnya dalam Matius 5:17; Lukas 16:17; Kisah Para Rasul 7:53; 1Korintus 9:8).[2] Arti kata Taurat sendiri mempunyai banyak makna. Antara lain adalah Taurat sebagai hukum, pengajaran dan petunjuk. Ada juga yang mengartikan sebagai suatu ajaran atau instruksi.
            Nama lain yang digunakan untuk menyebut Kitab Taurat adalah Pentateukh yang berasal dari bahasa Yunani, penta dan touchis yang berarti lima kotak. Kotak yang dimaksudkan di sini adalah gulungan dari kulit atau papirus untuk bahan penulisan yang disimpan dalam kotak-kotak.[3] Di dalam studi Alkitab juga dikenal istilah Tetrateukh, yaitu keempat kitab pertama, Kejadian sampai dengan Bilangan. Dan Hexateukh, yaitu keenam kitab pertama, Kejadian sampai dengan Yosua.

3. Lahirnya Teori-teori Sumber
3.1 Penyebab lahirnya teori sumber
            Harus diakui bahwa manusia terpelajar mulai abad XX telah memiliki pengetahuan yang cukup bagus, sehingga disamping itu sering juga timbul keragu-raguan terhadap analisir religius dan moral. Dan dari hal itulah timbul tokoh-tokoh beriman yang berusaha untuk menggali dan mencari pemahaman akan kehendak Allah dalam hidup ini.[4]
            Iman yang dimiliki oleh manusia dapat berkembang dalam inteligensi yang tinggi juga, sesuai dengan pemahaman manusia: fides querens intellectum, yang artinya adalah iman mencari adanya pengertian. dan di dalam tradisi Israel, sudah tampak bagaimana iman itu me\ancari pengertian dan terus menerus dipahami dalam konteks kehidupan.[5]
            Hal lain yang menjadikan Taurat sebagai sasaran empuk untuk dijadikan bahan galian dalam mencari kebenaran tentang penulisan adalah pada abad Pencerahan, kebanyakan orang Yahudi dan orang Kristen.

3.2 Berbagai Teori-teori Sumber
            Berkembangnya metode ilmiah yang bersamaan, baik empiris maupun positivisme ilmiah, teologi deisme dalam agama dan teori evolusi yang berkenaan dengan asal mula segala sesuatu pastilah akan memenuhi pandangan-pandangan yang lazim pada penulisan kitab Taurat. Dan sebagai akibatnya, muncullah beberapa hipotesis atau pendekatan utama terhadap keberadaan kitab Taurat dari para cendekiawan yang telah berlangsung selama tiga abad.

3.2.1 Hipotesis Penulis Tunggal
            Tradisi Ibrani, Samaria dan Kristen berpendapat bahwa Musa-lah yang menuliskan dan menyusun semua bagian dari kitab Taurat, kecuali dalam Ulangan 34, yaitu mengenai kisah kematiannya sendiri.
            Hipotesis ini menunjukan adanya pengilhaman Allah dan asal-usul tertulis yang asli melalui Musa. Dan semua bagian dari isi kitab Taurat diakui keberadaannya. Ketepatan dan  sifat dari sejarah yang terdapat di dalamnya, dan juga semau angka dan mujizat yang diceritakan pada masa Israel.

3.2.2 Hipotesis Penulis Tunggal-Beberapa Penyunting
            Hipotesis ini sudah merupakan hasil dari sebuah penelitian Alkitabiah yang rasionil selama zaman Pencerahan. Suatu tantangan serius terhadap orang-orang yang mempunyai pandangan bahwa hanya Musa-lah yang menulis dan juga menyunting kitab Taurat. Hipotesis ini mencoba untuk menanggapi secara jujur akan keberatan-keberatan terhadap Musa yang merupakan penulis dan penyunting satu-satunya. Pernyataan yang digunakan adalah yang berkaitan dengan cara penulisannya, yaitu gaya bahasa dan kosakata yang berbeda-beda.
            Pandangan ini berpendapat bahwa: (1) musa adalah penyusun sumber-sumber tertulis yang ada ke dalam Kitab Kejadian; (2) Musa adalah penulis sebagian besar dari empat kitab lain (Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan); (3) Hanya sedikit penyutingan yang dilakukan oleh Musa, mungkin telah diselesaikan dalam bentuknya yang seperti sekarang ini oleh para tua-tua pada zaman Yosua, atau bahkan pada zaman Samuel.[6]

3.2.3  Hipotesis Banyak Penulis-Beberapa Penyunting
            Hipotesis inilah yang paling sering dan paling ramai dibicarakan oleh para pengamat Alkitab masa kini. Yaitu memisah-misahkan bagian dari Kitab Taurat menurut gaya bahasa dan gaya penulisannya. Dan kita akan lebih banyak mengungkapkan hal ini.


a. Pemikir Adanya Teori Sumber
            Sejak semula orang-orang berpendapat bahwa kitab Taurat dikarang oleh Musa. Tetapi pendapat ini hanya bertahan sampai pada abad ke-XVIII. Dan sejak itu, mulai ada keraguan terhadap pendapat itu. Dan dengan teori ini, Jean d’Astruc mengecam pandangan kritis dari pihak Spinoza.[7] Sedikit tentang Spinoza, Benedict Spinoza adalah seorang Yahudi Spanyol yang berpendapat bahwa Musa-lah satu-satunya orang yang menuliskan Kitab Taurat. Yang terkenal dengan tilisannya di tahun 1670, Tractatus Theologico-Poloticus. Dia menyatakan bahwa semua kitab taurat diliskan oleh Musa, hanya di dalam Imamat 34, cerita mengenai kematiannya yang dituliskan oleh orang lain, tetapi tetap saja semuanya itu dianggap sebagai karya Musa secara keseluruhan. [8]
            Munculnya berbagai teori  mengenai sumber rekontruksi Pentateukh dan Hexateukh memunculkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentang keberadaan sumber historis E. Dan pertanyaan-pertanyaan itu telah dikemukakan oleh sarjana-sarjana terkemuka dalam bidang itu di masa itu. Antara lain adalah P. Volz, W. Rudolph, dan S. Mowinckel. Dalam tahun 1970-an pertanyaan-pertanyaan yang bersifat paling serius adalah yang disebut sebagai sumber J (Yahwis) dan sumber P (Para Penulis Keimaman). Bermacam-macam masalah dalam sumber P dan juga dalam sumber D (Deuteronumis) telah diselidiki, dan banyak hal baru yang menguraikan berbagai aspek penyaduran sumber-sumber atau sumber-tradisi dan menilai akibat teologis dari penelitian sejarah tradisi.[9]       
            Keragu-raguan itu pertama dipelopori oleh Jean d’Astruc yang mengatakan bahwa di dalam menulis dan juga mengarang, Musa menggunakan bahan-bahan dari dua sumber besar dan dua sumber kecil. Dan dari sumber besar ini dia membedakan dengan berdasarkan penggunaan sebutan bagi Allah, yaitu sumber yang digunakan adalah “Elohim” dan “Yahwe”. [10]
            Kemudian menyusul pula J.G. Eichhorn, yang setelah dia mempelajari pendapat dari Jean d’Astruc, dia mengembangkannya menjadi lebih radikal. Dia mengatakan bahwa bukanlah Musa yang mengarang kitab Taurat, melainkan orang lain yang namanya tidak diketahui. Dan dia juga menyatukan dua sumber yang disebutkan oleh Jean d’Astruc tersebut.[11]

b. Teori-teori Sumber
            Dan akhirnya sampai pada abad ke-XIX, penyelidikan terhadap Taurat mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dan tokohnya adalah A. Kuenen dan J. Wellhausen.[12] Buku tulisan dari Wellhausen yang terkenal adalah Prolegomena to the History of Ancient Israel yang pertama dipublikasikan pada tahun 1878. Dimana teorinya menjadi standard Perjanjian Lama yang liberal lebih dari setengah abad dan tetap menjadi suara yang mempunyai kekuatan.[13] Menurut dua ahli ini terdapat empat sumber di dalam kitab Taurat yang dipakai oleh Musa. Keempat sumber itu adalah:

1. Sumber yang menggunakan nama “Yahwe”
            Sumber Y ini ditulis oleh seorang pengarang dari Kerajaan Selatan dari Yudea selama abad ke-9 SM, atau sekitar 850 SM.[14] Nama Yahwe sangat menonjol pada kitab ini. Sumber ini menuliskan sejarah Israel dari masa penciptaan sampai kelepasan (keluaran). Dan dapat kita lihat dengan jelas di dalam Kejadian 2:4b-31. Yang ditekankan dalam sumber ini adalah tentang panggilan Allah. Yaitu saat Allah memanggil Israel untuk menjadi umat-Nya, dimana Allah berjanji akan memberikan anugrah-Nya atas mereka.[15]
            Di sana sangat terlihat corak pada seluruh kisah para leluhur dalam iman dan juga dalam kisah penggambaran di padang gurun. Sampai sumber ini muncul pada cerita-cerita rakyat. Gaya cerita di dalam penggolongan ini disimpulkan dengan gaya cerita yang merupakan kekuatan sumber ini. Di mana bahan ceritanya berasal dari masyarakat, baik lisan atau tertulis, yang dijadikan oleh penulis di dalam suatu kidung atau kisah.[16]

2. Sumber yang menggunakan nama “Elohim”
            Sumber E ditulis oleh seorang Israel dari kerajaan utara pada abad ke-8 SM, atau 750 SM. Yaitu selama perwahyuan diri Allah, seperti yang ada pada Keluaran 3:14. Dan nama Elohim dipakai sampai cerita panggilan Musa. Sumber ini berkembang sekitar abad IX di utara, dan didukung oleh para ahli kitab.
            Setelah cerita tentang panggilan Musa, ternya penilis sumber ini juga menggunakan nama Yahwe. Dimana ada dua nama digabung menjadi satu. Diperkirakan bahwa sumber ini ada beberapa waktu setelah kejatuhan Samaria oleh Asyur pada tahun 772 SM, dengan orang Yehuda sebagai editornya.[17]
            Sumber ini cenderung bersifat moraltis dan nubuat, dimana juga menyanjung Yakub dan Yusuf, dan menitikberatkan suku-suku utara beserta tempat-tempat ibadahnya. Dari cara penulisan dan gaya bahasa, sumber E ini mempunyai kemiripan dengan sumber Y, yaitu dalam hal menututurkan suatu kisah, namun para cendekiawan Kitab Suci berpendapat bahwa pada sumber E, tidak begitu pandai dalam mengisahkannya, bahkan ada pandangan bahwa sumber E ini menghindari adanya gambaran anthropomorfitis tentang Allah. Allah lebih nampak melalui mimpi, tanda, atau suara malaikat serta melalui theophania (penampakan Allah dalam kekuatan istimewa).[18]

3. Sumber yang menggunakan nama “Deuteronomis”
            Sumber ini dianggap berasal dari suatu “aliran” yang menghasilkan kitab Ulangan, yang ada pada masa nabi-nabi awal masa pemerintahan Yosia (sekitar 630-600 SM) yaitu sekitar 621 SM. bahkan dikatakan bahwa Deuteronomis adalah sebuah kaum yang mengembangkan tafsiran tradisi kuno pada kitab Ulangan.[19]
            Sumber ini juga menonjol akan panggilan Allah kepada bangsa Israel dan juga ditandai dengan adanya gaya khotbah atau pemberian nasihat dan pemakaian kosakata hikum perjanjian. Secara teologis, sumber ini membatasi adanya penyembahan terhadap Yahwa ke satu pusat menyembahan , dan juga adanya ungkapan ketaatan yang ketat kepada penafsiran “berkat” dan “kutuk” pada sejarah Israel. Dan ternyata, sumber ini banyak memberikan pengaruh pada kitab-kitab historis, dari kitab Kejadian sampai kitab raja-Raja.[20]
4. Sumber yang menggunakan nama “Prister Codex” atau “Tradisi Imam”
            Gaya bahasa yang dipakai disini begitu resmi dan terkendali, namun suka mengulang-ulang dan kurang imaginatif. dan nampak adanya pengaruh pada wawasannya dan amat menghindari gambaran Allah yang anthropofistis. Di sini, Allah digambarkan tanpa saingan, agung, dan berkuasa. maksud dari sumber P ini adalah untuk mengingatkan bahwa bangsa Israel adalah bangsa kudus Allah.[21]
            Sumber ini terkenal oleh gaya keseragaman dan penyusunannya yang rapi. Dan juga penggunaan kata-kat klise, seperti “inilah daftar keturunan dari”. Sumber utamanya adalah adanya liturgi, ritual daftar silsilah dan statistik, berbagai ketetapan hukun dan perintah, yang semuanya nampak jelas merupakan kepentingan keimaman Israel. Oleh karena itu, sumber ini diduga adalah karya imam-imam pada masa pasca pembuangan sekitar tahun 500-450 SM.[22] Tradisi ini dinyatakan sebagai tradisi yang relatif paling muda, karena diperkirakan berkembang pada saat menjelang pembuangan.

3.2.4 Hipotesis tradisi Lisan
            Dan kemudian ada juga hipotesis yang menyatakan bahwa dalam penyampaian sejarah dan kisah-kisah rakyat Israel, digunakan metode lisan. namun kemudian terdapat para penganjur yang menginginkan adanya penulisan terhadap kisah-kisah ini dengan menjadikannya ke dalam suatu dokumen.[23]

4. Tangggapan Terhadap Teori-teori
4.1 Bebepara tanggapan
            Penelitian terakhir cenderung menekankan kesatuan Taurat, tanpa menolak kemungkinan adanya beberapa sumber yang digunakan dalam pembentukan kesatuan itu. Banyak kritik sumber dan hipotesis yang dihasilkan dan bersifat dugaan dan problematik.
            Diantara ahli-ahli yang pertama menaruh perhatian dan mengkritik pandangan ini adalah B.D.Eerdmans, ia memprotes adanya teori tersebut sebagai teori yang memecah-mecah cerita yang seharusnya dipandang sebagai satu kesatuan. Dia menolak sumber P sebagai suatu sumber yang berdiri sendiri, dia juga keberatan membagi-bagi sumber Y dan E atas dasar nama-nama Allah.[24]
            Sedangkan Gunkel yang pada dasarnya menerima kerangka teori sumber-sumber ini memberi dorongan baru pada penelitian krisis kira-kira tahun 1900 dengan memperkenalkansejarah bentuk sastra. pendekatan ini mengakibatkan munculnya pandangan radikal yang ekstrim.[25]

4.2 Alasan Bahwa Musa Adalah Penulis Tunggal
            Kita dapat melihat bagaimana para ahli berusaha dalam mengerti dan mengembangkan sesuatu, tetapi dalam hal ini, kita tidak dapat asal menerima teorti-teori tersebut. Karena tidak ada alasan yang kuat dalam kebenarannya, atau untuk menerimanya. Malah secara tegas kita tidak dapat menerimanya. Kita mempunyai alasan yang kuat untuk menolak teori-teori itu. Dan kita mempunyai dua jawaban untuk dapat menyanggah teori tersebut, yaitu[26] :
a. negatif; Jika memang bukan Musa-lah yang menuliskan kitab Taurat, maka Yesus pernah melakukan kesalahan. Karena Yesus pernah mengatakan bahwa Musa-lah satu-satunya orang yang menulis kitab Taurat (Lukas 24:4). dan kesimpulannya, jika Yesus pernah melakukan kesalahan, maka Yesus bukanlah Tuhan.
b. positif; Jika salah satu bagian dari Alkitab mempunyai kesalahan, berarti ada kemungkinan bagian lain juga mempunyai kesalahan. Itu berarti kita tidak dapat mempercayai isi Alkitab jika terdapat kesalahan di dalamnya. Itu adalah hal yang berbahaya, karena berarti semua cerita, fakta, dan sejarah yang ada juga salah.

5. Kesimpulan
             Kelima Kitab Taurat adalah suatu kesatuan, dimana terdapat unsur-unsur yang menyatukannya, yaitu janji, pemilihan, pembebasan, ikatan perjanjian, hukum dan tanah perjanjian. salah satu unsiur yang menjadi pusat semua pengakuan itu adalah peristiwa keluaran dari Mesir. Peristiwa yang dituliskan dalam kitab taurat ini bukanlah suatu gagasan abstrak yang bersifat teologis, namun merupakan peristiwa sejarah yang dialami oleh bangsa tertentu.
            Mengenai sumber-sumber yang ada, dalam ini orang harus membiarkan Alkitab berbicara dan tidak menentukan lebih dahulu jenis sastra dan teologi yang diajarkan. Dan sumber-sumber tersebut haruslah diterima sebagai teori tang bersifat sementara. dan tetap harus terbuka tergadap perubahan dan modifikasi setelah diperoleh lebih banyak pengertian.
            Apa yang menjadi alasan para pemikir untuk dapat membagi kitab Taurat menjadi beberapa bagian itu tidaklah mempunyai alasan yang kuat untuk dapat dipegang. memang kita sebagai manusia diciptakan untuk memiliki perasaan ingin tahu untuk hal-hal tertentu, apalagi hal-hal yang di luar logika manusia. Tuhan juga telah memberikan manusia alat untuk berpikir secara sitematika, agar kita dapat berusaha untuk mencari tahu tentang hal-hal yang dimaksudkan dalam kehendah Allah. Namun, kita harus terus memperhatikan isi dari pada Alkitab, bukan mencari hal yang tersembunyi di baliknya. Dan untuk masalah teori-teori ini, kita harus mempunyai pegangan dan pandangan yang teguh. Kita tidak dapat sembarangan menerima pendapat dan pandangan orang, walaupun kita merasa orang tersebut lebih pandai dari kita dalam teologia. Hal itu tidak menjamin bahwa mereka adalah benar. Karena semua kebenaran hanya ada pada Alkitab.



[1] St. Darmawijaya Pr. Pentateukh Atau Taurat Musa, (Yogyakarta: Kanisius, 1991) hlm 14
[2] W.S. LaSor, Pengantar Perjanjian Lama 1,(Jakarta: BPK,2000) hlm 93
[3] Roland E. Murphy, 101 Tanya Jawab Tentang Taurat, (Jakarta: Penerbit Obor,1999) hlm 3
[4] Opcit, St. Darmawijaya Pr. hlm 16
[5] Ibid, hlm 21
[6] Andrew E. Hill & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang, Gandum Mas, 1996) hlm 119
[7] Dr. J. Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama (Jakarta, BPK, 1979) hlm 17
[8] Gleason L. Archer, Jr. A Survey Of The Old Testament Introduction, (Chicago,Moddy Press,1994)
hlm 83
[9] Gerhard F. Hasel, Teologi Perjanjian Lama, (Malang, Gandum Mas,1995) hlm 77
[10] Opcit, Blommendaal, hlm 17
[11]Opcit, Blommendaal, hlm 17
[12] Pdt. Hasan Sutanto, M.Th. Hermeneutik:Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab (Malang,,Seminari Alkitab Asia Tenggara,1998) hlm 82; Julius Wellhausen adalah orang yang juga dipengaruhi oleh Hegelisme. Dia mencoba menafsirkan Alkitab dari sudut pandang sejarah, tetapi hanya menggunakan suatu teori filsafat saja sehingga hasil yang diperolehnya tidak meyakinkan. Selain pandangannya terhadap sumbar-sumbar Pentateukh, dia juga berpandapat bahwa susunan yang lebih tepat adalah kitab-kitab Nabi mendahului Kitab taurat, kemudian disusul oleh bahan tentang imam-imam. Dan pandangannnya tentang cara penentuan sumber Alkitab yang sangat subjektif telah banyak mendapatkan kritik.
[13] G. Herbert, The Pentateuch in Its Cultural Environment, (Michigan: Baker Book House, 1991) hlm 226
[14] Opcit, Andrew E. Hill, hlm 121
[15] Opcit, Blommendaal, hlm 18
[16] Opcit, St. Darmawijaya Pr., hlm 18
[17] Opcit, Andrew E. Hill, hlm121
[18] Opcit, St. Dharmawijaya Pr. hlm 19
[19] Opcit, Andrew E. Hill, hlm 121 Adanya pernyataan bahwa sumber ini disatukan dengan kitab Ulangan dan disamakan dengan penemuan kitab Taurat yang mendorong Yosia unutk membehari kembali adanya penyembahan di Bait Allah di Yehuda pada tahun 622 SM, bandingkan dengan II raja 22-23.
[20] Opcit, Blommendaal, hlm 20
[21] Ibid, hlm 20
[22] Opcit, Andrew E. Hill, hlm 121
[23] Ibid, hlm122
[24] Opcit, Blommendaal, hlm 21
[25] W.S. LaSor, pengantar Perjanjian lama1, Taurat dan Sejarah, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2000) hlm106
[26] Ev. Agus Susanto Hadijanto,  M.Th., Class Book Old Testament Introduction 1, (Bandung: STTB, 1999) hlm 6-7

2 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Best online casino games【WG】tennent casino
    Top Online Casinos, Bonuses & Mobile Casino. Win real 바카라사이트 money playing at Top Online Casinos with septcasino Free Spins and Real Money Mobile 메리트 카지노 주소 Casino Games.

    ReplyDelete