Friday, October 1, 2010

Konsep LOGOS di dalam Injil Yohanes


A. Pendahuluan
            Injil Yohanes mengawali tulisannya dengan pembukaan yang indah, yaitu dengan menggambarkan bagaimana kehidupan Kristus yang kekal, sebelum dunia ada. Dan salah satu yang menjadi ciri khas di dalam Injil Yohanes adalah kata Logos yang ada di dalam prolognya, kata yang digunakan untuk menunjuk pada Yesus. Di dalam ketiga Injil lain, kata ini tidak digunakan untuk menunjuk pada Yesus. Oleh Yohanes ungkapan ini diletakkan pada prolog, tampak bahwa ada penekanan yang kuat tentang hal ini.

B. Pengertian awal kata Logos

            Kata Logos dapat diterjemahkan dengan kata verbum (Latin), eiroo/ rheema (Yunani), word (Inggris), firman/ kata (Indonesia). Logos mempunyai pengertian yang sangat luas[1]. Kata logos dapat diartikan sebagai: menaksir, menghitung, ratio, menjelaskan, argumen, peraturan, naratif, penjelasan, khotbah, frasa, berbicara tentang, kata, kalimat, perkataan Tuhan/ wahyu/ firman dan masih banyak arti lain.[2] Alasan Yohanes menggunakan kata logos di dalam Injilnya dan menjadikannya ungkapan untuk menunjuk pada Yesus, sangat erat kaitannya dengan apa yang menjadi pengertian logos di dalam pemikiran orang Yunani dan orang Yahudi pada saat itu. 
1. Konsep Yunani
Dalam konsep Yunani, kata logos dibagi menjadi 2 pengertian, (1) Logos Prophorikos: kata-kata yang keluar dari seseorang untuk berkomunikasi, baik dikatakan maupun dituliskan; (2) Logos Endiathetos: kata-kata yang tidak dikatakan/ dituliskan, kata-kata yang ada di dalam pikiran/ nalar, berhubungan dengan rasio. Dengan kata lain, Logos/ Firman adalah buah pikiran.
Di dalam konsep Yunani ada 2 dunia, yaitu dunia di mana kita hidup adalah dunia yang hanyalah bayang-bayang/ tiruan, bukanlah kenyataan. Dunia yang tidak nyata ini adalah pola dari dunia yang nyata/ yang sempurna (Allah). Dunia yang nyata adalah dunia yang sekarang tidak dapat dilihat. Segala hal di dunia yang tidak nyata berubah-ubah, namun berubah dengan teratur. Keteraturan inilah yang dikendalikan oleh logos/ firman/ nalar/ pikiran Allah. Dengan kata lain, logos adalah dasar dari keteraturan, yang mengendalikan dunia serta manusia yang ada di dalamnya. Logos juga-lah yang memberi kemampuan manusia untuk berpikir, yaitu pikiran Allah yang tinggal dalam diri manusia. Logos yang memberi nalar, pengetahuantentang kebenaran, kemampuan membedakan antara yang benar dan salah.[3]
2. Konsep Yahudi
            Logos/ kata-kata adalah sesuatu yang diucapkan dan mempunyai kekuatan/ kuasa. Konsep ini diperkuat dengan adanya pembuktian di dalam Perjanjian Lama bahwa firman/ kata-kata penuh dengan kekuatan[4], yaitu seperti yang terjadi di dalam penciptaan (Kej 1; Mzm 33:6) atau Ishak yang memberkati Yakub (Kej 27).
Kehidupan agamiah Ibrani pada saat itu juga terdapat suatu hal yang menekankan perkembangan ide tentang firman Allah. Logos/ Firman sejajar halnya dengan Taurat dan Hikmat, yaitu hukum yang sangat penting. Termasuk Targum yang dirasa sebagai suatu hal yang istimewa karena merupakan terjemahan dari bahasa yang sudah tidak mudah untuk dimengerti lagi, yaitu dari bahasa Ibrani kuno. Di dalam Targum sendiri dikatakan bahwa Tuhan sama halnya dengan Yang Kudus, Firman. Bahkan Targum mengubah kata ‘nama Allah’ dengan ‘firman Allah’.
Kemudian salah satu bentuk kesusastraan orang Yahudi adalah sastra kebijaksanaan (Hikmat) yaitu kumpulan ucapan hikmat yang bersifat praktis. Mereka menganggap hal itu sebagai suatu hal yang mempunyai daya yang abadi dan mampu memberi kehidupan, misalnya kitab Amsal Salomo. Kebijaksaan/ Hikmat, bagi mereka, seolah-olah dipersonifikasikan/ dianggap sebagai agen abadi/ rekan sekerja Allah. Konsep logos dalam pandangan Yahudi kemudian bercampur dengan ‘Kebijaksaan’, di mana kedua hal itu adalah yang mencerahkan pikiran/ nalar yang merupakan terang bagi manusia.[5]
3. Konsep Philo
            Philo adalah seorang Yahudi yang pemikirannya banyak sekali dipengaruhi oleh Helenis, dan dia mempelajari banyak tentang hikat dalam konsep Yunani dan Yahudi. Philo berpendapat bahwa logos adalah hal yang tertua di dunia, alat yang dipakai oleh Allah untuk menciptakan dunia. Logos adalah pikiran Allah yang dimateraikan ke atas alam semesta. Dia menggambarkan hal ini dengan seorang petani yang membajak sawah dengan menggunakan alat bajak. Tetap Allah-lah yang mengatur dunia, Logos hanyalah alat. Logos yang memberi manusia nalar/ kemampuan untuk berpikir dan mengetahui sesuatu. Logos adalah Mediator, yaitu iman yang memperhadapkan jiwa kepada Allah.[6]

C. Pengertian Logos dalam Yohanes

Dengan melihat apa yang menjadi konsep kata Logos semula, Moffatt menentang pendapat bahwa Firman itu adalah Allah sendiri. Ia berpendapat bahwa di dalam Yoh 1:1 konsep Logos sebenarnya lebih rendah dari pada Allah, karena tidak mungkin arti kata Logos yang dari bahasa Yunani itu menunjuk pada Allah sendiri.[7] Namun sebenarnya Yohanes menggunakan Logos di kedudukan yang setinggi mungkin, yaitu sebagai Pribadi yang sangat agung. Yohanes menggunakan bentuk Logos berbeda dengan sistem Yunani dan juga konsep Yahudi.
Injil Yohanes dituliskan dengan tujuan menanggapi konsep-konsep yang ada pada Yunani dan Yahudi mengenai Logos yang pada saat itu merupakan pendapat yang timbul dari pemikiran manusia, terlebih lagi konsep yang ada pada Yunani yang terkenal sebagai petualangan pemikiran agamiah terbesar yang dapat dicapai oleh manusia, dikenal dengan ide-ide Helenis.[8] Mengenai konsep Yunani tentang Logos, Yohanes memberi jawaban bahwa Yesus-lah kenyataan itu, yang datang ke dunia. Kata ‘kenyataan’ atau ‘nyata’ menggunakan kata alethinos yang berarti benar/ sesungguhnya (Yoh 1:9). Yesus adalah jendela yang memungkinkan melihat pada kenyataan kebenaran.
Kemudian tanggapan Yohanes mengenai pemikiran Yahudi adalah bahwa Logos merupakan kekuatan yang menjadikan dunia, menjaga keteraturan dunia, kekuatan yang dipakai manusia untuk berpikir/ menalar, tahu sesuatu, kekuatan yang dipakai manusia untuk berhubungan dengan Allah. Yesus adalah Logos tersebut. Pikiran Allah yang menjadikan dunia dan membuatnya bermakna. Pikiran Allah yang menopang dan mengendalikan telah datang di dunia dalam Yesus. Sehingga tak lagi perlu meraba-raba, karena telah dapat dilihat pada Yesus yang merupakan pikiran Allah.[9]
Dasar utama yang digunakan Yohanes adalah Logos sebagai sebuah nama yang menunjuk pada Pribadi. Ungkapan yang ada dengan maksud mengkomunikasikan bagaimana sifat Allah, dalam berkehendak, berpikir, perasaan-Nya, dan nature-Nya.[10] Menjelaskan bagaimana Yesus adalah gambar Allah, manifestasi Allah. Di dalam arti kata Logos dapat dilihat adanya 3 hal, yaitu (1) fakta yang mengatur alam, (2) penyataan diri Allah, (3) titik tolak segala sesuatu. Dalam mengerti makna dari Logos, haruslah memperhatikan banyak hal yang menjadi sifat-sifat dari Kristus, karena Logos sendiri merupakan kata yang dipakai untuk menerangkan kepribadian Kristus. Karena apa yang menjadi konsep dalam tulisan Yohanes-pun terdapat pada keseluruhan tulisannya.
Ø  Logos adalah Allah (1:1-2)
Logos sudah ada dari awal. Kata ‘the only Son’, ‘only begotten Son’, ‘firstborn’ bukan berarti bahwa Ia adalah ciptaan yang pertama, melainkan menunjukkan keberadaan-Nya sebelum dunia ada.[11] Dia berasal dari Bapa, datang dari Bapa. Kedudukan yang sama dengan Allah menunjuk pada keagungan Yesus. Kesatuan Yesus dengan Bapa berarti Dia sama dengan Bapa baik dalam kekuatan dan pikiran. Logos = Theos. Dia identik dengan Allah, Dia-lah Allah itu.[12] Pre-existensi dari Anak Allah. Dia ada sebelum segala sesuatunya ada (diciptakan), di mana Dia mempunyai status diri-Nya sebagai keberadaan yang nyata.
Ø  Logos, Pencipta segala sesuatu (1:3,10,11)
Pada masa itu, kelompok Gnotisisme menyatakan bahwa Dunia dan Allah merupakan 2 hal yang jauh berbeda. Benda adalah bahan mentah yang sudah ada untuk menjadikan bumi, sedangkan Allah adalah Roh yang tidak dapat bersentuhan dnegan benda. Yohanes dalam menerangkan adanya Yesus sebagai Logos menolak adanya pendapat tersebut, yaitu bahwa Allah menciptakan dunia dari ketiadaan dan dunia adlaah milik Allah.[13]
Logos yang bersama-sama dengan Allah menciptakan segala sesuatu. Yang perlu diperhatikan adalah kata ‘pada mulanya...’ yang sama juga dipakai oleh Yohanes dalam Injilnya, menunjukkan bahwa Firman ikut bekerja dengan Allah pada mulanya untuk menciptakan bumi. Melalui-Nya, Allah menjalankan/ mengerjakan karya-Nya.[14]
Ø  Logos adalah Terang dan di dalam Logos ada hidup (1:4,5,9,12,13)
Pandangan orang Yahudi mengenai terang adalah Allah itu sendiri, namun Yohanes berkata bahwa terang itu ada pada Logos.[15] Hal ini tampak dari ungkapan ‘terang yang sesungguhnya telah datang ke dunia’ (1:9). Terang adalah hal yang mengusir kekacauan,menerangi kegelapan dan juga membimbing. Menerangi yang ragu-ragu, yang putus asa, dan yang takut akan maut. Kegelapan selalu bersikap jahat pada terang, namun bagaimanapun juga terang akan menang. Allah  menganugerahkan sesuatu kepada orang-orang yang menerima Logos (terang), yaitu hak untuk menjadi anak-anak Allah. Hal ini bukan berasal dari perbuatan mereka, tetapi murni anugerah dari Allah.[16]
Ø  Logos adalah inkarnasi Allah (1:14)
Marcus Aurelius, pengikut ajaran Stoa serta Philo berpendapat bahwa jiwa Allah tidak mungkin pernah turun kepada kita manusia, apalagi turunnya mengambil wujud badani. Karena bagi mereka, tubuh dengan daging, darah, tulang dan jaringan saraf adalah sesuatu yang ruwet, sesuatu yang kacau, sedangkan menurut pandangan mereka, Logos adalah oknum yang mengendalikan dunia agar terjadi keteraturan.
Yohanes mengungkapkan bahwa Logos benar-benar berinkarnasi menjadi manusia. Dalam digunakan kata ‘menjadi manusia’ yang dituliskan dalam bentuk aorist, yaitu terjadi pada waktu tertentu. Allah menampakkan diri/ muncul sebagai manusia. Firman yang berarti komunikasi. Hal ini menunjukkan ekspresi diri Allah, ekspresi diri dari apa yang dipikirkan Allah..[17] Penggunaan kata flesh / carnis / daging kadang juga dirasa sebagai kata yang nyaris kasar. Hal ini menunjukkan adanya kedudukan Allah dan bagaimana keadaan daging yang sangat bertentangan dengan yang ilahi.[18] Keagungan Yesus, yaitu firman yang bersama dengan Allah/ Allah itu sendiri. Namun Ia tetap datang untuk menyelamatkan manusia.[19] Logos adalah kasih dan kebenaran. Hal itu tampak dari inkarnasi-Nya yang mencakup kehidupan-Nya, penyaliban, kematian, kebangkitan dan pemujaan terhadap Tuhan. Pelayanan dan karya Allah mencapai puncak pada saat Firman itu menjadi daging. Firman itu tetap mempunyai sifat yang sama dengan Allah.[20]
Ø  Logos sebagai Mediator (1:14)
Pemikiran Philo yang hanya menekankan bahwa Logos adalah mediator berpendapat bahwa Logos dapat menunjuk pada Allah yang kedua (Yesus) dan Allah sendiri. Firman adalah agen dari penciptaan dan menjadi perantara antara pemerintahan Allah dengan dunia (Logos sebagai Mediator). Dalam hal ini pendapatnya memang benar, namun akan lebih baik jika tidak hanya dilihat sebagai Mediator, tetapi aspek-aspek yang lain. Konsep tersebut kemudian berkembang menjadi kata bersifat anthropos saat menjadi ungkapan/ sebutan bagi Kristus.[21] Pannenberg berpendapat bahwa konsep Logos yang ada pada Injil Yohanes adalah ungkapan anthropos gaya Yahudi yang dikombinasikan dengan konsep Philo, yaitu Logos adalah kosmologikan (Mediator) dan soteriologikal (Juruselamat).
Banyak orang tidak mengenal Allah, tetapi mereka dapat mengenal-Nya melalui Firman. Melalui-Nya, Allah mengatasi segala ciptaan (termasuk hal-hal materi dalam dunia), karena-Nya orang-orang tahu bahwa mereka adalah milik Allah dan Firman-Nya.[22]

Kesimpulan
Tulisan Yohanes dalam Injilnya merupakan hal yang sangat kontekstualisasi dengan keadaan pada saat itu. Dia menggunakan apa yang menjadi konsep pemikiran orang pada saat itu, menggunakannya agar lebih mudah dipahami dan membenarkan konsep yang salah. Konsep Logos yang kemudian diungkapkannya adalah suatu al yang sangat dalam. Apa yang ada pada Yesus, yaitu Pribadi-Nya,sudah terlihat dengan jelas hanya di dalam prolog Injilnya. Kata Logos digunakan oleh Yohanes untuk menunjuk sebagai Yang Tertinggi. Logos bukanlah sekedar kata atau ‘sesuatu’, malainkan merupakan sebuah Pribadi yang dipersonalkan dalam diri Yesus.



Daftar Pustaka
Barcley, William, Pemahaman Alkitab Sehari-hari: Yohanes 1-7, (Jakarta: BPK Gunung Mulia), 1992
Beasley-Murray, George R., Word Biblical Themes: John, (London: Word Publishing), 1989
Bruce, F.F. The Gospel of John, (Michigan: William B.Eerdsmans Pub. Com.), 1983
Gordon H. Clark, The Johannine Logos, (Maryland: The Trinity Foundation), 1972
Morris, Leon, Reflection on The Gospe of John, (Michigan: Baker Book House), 1986
Morris, Leon, Teologi Perjaniian Baru, (Malang: Gandum Mas), 2001
Ridderbas, Herman, The Gospel of John: A Theological Commentary, (Michigan: William B. Eerdsmans Pub. Com.), 1991
Pannenberg, Wolfhart, Jesus-God and Man, (Philadelphia: The Westminster Press), 1977
Spaeth, D.D., Prof. A., Annotations on The Gospel According to St. John – Henry Eyster Jacobs: The Lutheran Commentary, (Philadelphia: The United Lutheran Pub. House),1896




[1] Logos/ eiroo sama-sama dapat diartikan sebagai say, speak, tell. Gordon H. Clark, The Johannine Logos, (Maryland: The Trinity Foundation, 1972), 14
[2] Ibid, Gordon H. Clark, The Johannine…,  46
[3] William Barcley, Pemahaman Alkitab Sehari-hari: Yohanes 1-7, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992), 13&57-60
[4] Leon Morris, Reflection on The Gospe of John, (Michigan: Baker Book House, 1986), 1-2

[5] Ibid, William Barcley, Pemahaman Alkitab…, 44-54
[6] Ibid, William Barcley, Pemahaman Alkitab…, 60-61
[7] Leon Morris, Teologi Perjaniian Baru, (Malang: Gandum Mas, 2001), 314
[8] Ibid, William Barcley, Pemahaman Alkitab…, 54
[9]   Ibid, William Barcley, Pemahaman Alkitab…, 62
[10] Prof. A. Spaeth, D.D., Annotations on The Gospel According to St. John – Henry Eyster Jacobs: The Lutheran Commentary, (Philadelphia: The United Lutheran Pub. House,1896), 2
[11] Bdk. Kolose 1:15. Ibid, Herman Ridderbas, The Gospel of John: A Theological Commentary, (Michigan: William B. Eerdsmans Pub. Com., 1991), 23
[12] F.F. Bruce, The Gospel of John, (Michigan: William B.Eerdsmans Pub. Com., 1983), 41
[13] Ibid, William Barcley, Pemahaman Alkitab…, 78
[14] George R. Beasley-Murray, Word Biblical Themes: John, (London: Word Publishing, 1989), 22
[15] Ibid, Leon Morris, Teologi Perjaniian…, 390
[16] Ibid, Leon Morris, Teologi Perjaniian…, 391
[17] Bagian dari keaktifan Allah dalam melaksanakan kehendak-Nya. Yaitu ekspresi diri Allah dalam menyatakan diri-Nya dan menunjukkan sifat-Nya yang besar dan mulia. Ibid, Leon Morris, Reflection on The Gospel..., 6
[18] Ibid, Leon Morris, Teologi Perjaniian…, 314
[19] Firman yang sedemikian tinggi itu datang ke tengah manusia, merupakan gagasan yang sering muncul dalam tulisan Yohanes.
[20] Ibid, Leon Morris, Reflection on The Gospel..., 6
[21] Wolfhart Pannenberg, Jesus-God and Man, (Philadelphia: The Westminster Press, 1977), 161
[22] Ibid, George R. Beasley-Murray, Word Biblical…, 24-25

1 comment: